Langsung ke konten utama

Review Buku "Karena Aku Tak Buta"

Review Buku
Oleh : Chintya Tandri


Judul               : Karena Aku Tak Buta
Pengarang       : Redy Kuswanto
Penerbit           : Metamind
Tebal buku      : xii, 332 halaman


            Novel “Karena Aku Tak Buta” ditulis oleh Redy Kuswanto yang merupakan penulis berbagai cerpen yang sering dimuat di majalah Gadis. Novel ini merupakan novel pertama sekaligus peraih juara pertama dalam Lomba Novel Remah “Seberapa Indonesiakah Dirimu” yang diadakan oleh Penerbit Tiga Serangkai. Novel ini terdiri dari 18 bagian yang saling menyambungkan satu sama lainnya.
            Pada bagian “Dalam Dunia Baru” menjelaskan kepanikan Zad kerena hilangnya Gendis (pacar Zad) tanpa alasan, perdebatan antara Zad dengan Gendis karena kecemburuan Gendis terhadap kedekatan Zad dengan Fya.
            Pada bagian “Sebongah Hati untuk Zad” menjelaskan ciri-ciri Yod, Fya, dan Rhean, baik fisik maupun sifat mereka. Kebingungan yang dirasakan Yod, Fya, dan Rhean perihal tidak masuknya Zad. Dan perasaan yang dirasakan Fya terhadap Zad.
            Pada bagian “Oh, Aku Buta !” menjelaskan kebutaan Zad terhadap budaya Indonesia. Pada bagian ini Gendis menjelaskan kepada Zad tentang berbagai permainan tradisional beserta cara bermainnya dan peraturan-peraturan dalam permainan tersebut.
            Pada bagian “Perjalanan di Desau Alam” menjelaskan komentar Fya tentang Desa Ngargomulyo, malam kedua Zad di Desa tersebut, rasa rindu Zad kepada adiknya (Jan), dan alasan ketidaksetujuan Ayah Zad atas hubungan Zad dengan Gendis.
            Pada bagian “Fajar di Pucuk Desa” menceritakan rasa kagum Yod dan Rhean terhadap keindahan alam Indonesia yang luar biasa indahnya, terutama terhadap gunung. Penjelasan Gendis ke Zad tentang keberadaan Gunung Slamet, Gunung Sindono, dan Gunung Suhimbing yang membuat Zad kagum dan memuji kebesaran Sang Pencipta. Pertemuan antara Zad dan Gendis dengan Yod, Rhean, Ruth, dan Fya tanpa disengaja membuat Zad kaget, apalagi ditambah dengan Fya yang marah-marah kepada Gendis. Setelah kejadian Fya mengamuk pada Gendis, Zad marah karena kehadiran teman-temannya tidak membuat ia senang melainkan merusak suasana, ditambah lagi adanya rahasia antara Gendis dengan Rhean.
            Pada bagian “Persahabatan Selalu Menyimpan Makna” menjelaskan cara Zad mempengaruhi Yod agar ikut bergabung melestarikan budaya Indonesia, karena menurut Zad melestarikan budaya Indonesia sangatlah penting. Pada bagian ini juga menjelaskan cara Rhean mengatasi kesalahpahaman atas adanya rahasia antara Rhean dengan Gendis.
            Pada bagian “Museum Kolong Tangga” menceritakan kunjungan Zad ke Museum Anak Kolong Tangga ditemani Gendis. Menjelaskan juga kondisi di museum, baik suasana maupun fisik. Keingintahuan Zad mengapa anak muda seperti Gendis, Ika, Yudha, dan pengurus lainnya mau menjadi relawan di museum tersebut.
            Pada bagian “Janji Itu” , Zad teringat akan janjinya kepada Pak RT dan menjelaskan penolakan Rhean, Yod, dan Fya untuk membantu Zad melaksanakan niat baiknya, yaitu melestarikan budaya Indonesia.
            Pada bagian “Teror” menjelaskan ada sebuah teror yang mengancam Zad dan Gendis melalui telepon. Pada bagian “Sebuah Keputusan” menjelaskan keputusan Zad untuk terus membantu kelestarian budaya dengan memberikan dana sebisanya ke Gubuk Buddhayah, Museum Kolong Tangga, dan membuat website atau sumber informasi tentang Gubuk Buddhayah dan Museum Kolong Tangga. Namun, dana yang ia dapat merupakan sebuah perjanjiannya dengan Pak Pram, ayahnya. Dan perjanjian itu adalah Zad harus memutuskan hubungannya dengan Gendis, gadis yang dianggap Pak Pram kampungan. Walaupun sudah membuat perjanjian dengan Pak Pram, Zad tidak kuat untuk mengatakan putus ke Gendis.
            Pada bagian “Ada Rahasia” menjelaskan adanya rahasia yang disimpan Fya terhadap Rhean dan Yod, pemenuhan janji Zad kepada Pak RT, perkelahian Zad dengan orang yang mengikutinya dari belakang selama perjalanan, dan kekhawatiran Gendis terhadap Zad.
            Pada bagian “Berjuang Sendiri” menjelaskan tekad Zad untuk membantu melestarikan budaya walaupun dengan usaha dan uang sendiri tanpa bantuan sahabat-sahabatnya.
            Pada bagian “Sosok Asing di Merti Dusun” menjelaskan ritual merti dusun yang dilaksanakan di Dusun Gopakan dan adanya orang asing yang mengawasi Gendis selama ritual berlangsung.
            Pada bagian “Tragedi Yod” menjelaskan kecelakaan yang menimpa Yod saat mengendarai mobil Zad. Kecelakaan yang dialami Yod bukanlah tabrakan melainkan dihajar oleh seseorang yang pernah menghajar Zad juga waktu perjalanan pulang ke Jakarta.
            Pada bagian “Di Titik Nadir” menjelaskan keputus asaan Zad karena menurut dia, apa yang dilakukannya untuk festival dolanan bocah hanya menimbulkan bencana dan tidak ada yang mendukung aksinya untuk melestarikan festival tersebut. Pada bagian “Dukungan Sahabat” menjelaskan dukungan yang diberikan Yod dan kesadaran Fya atas kesalahan yang dia lakukan.
            Pada bagian “Saatnya Bekerja” menjelaskan bangkitnya Zad dari keputus asaannya karena teringat janjinya kepada pengurus Museum Kolong Tangga dan tindakan-tindakan yang diambil Zad untuk keberlangsungan acara festival dolanan bocah. Pada bagian “Festival Dolanan Bocah” menjelaskan kemeriahan yang terjadi pada festival dolanan bocah dan rasa bangga Pak Pram atas tindakan Zad, anaknya.
            Novel “Karena Aku Tak Buta” ini memberikan kesan sindiran untuk masyarakat yang tidak mengenal budaya Indonesia. Walaupun bertemakan Indonesia, buku ini juga memberikan rona percintaan untuk pembacanya. Namun, dibalik kelebihan-kelebihannya, buku ini kurang menonjolkan konflik yang begitu besar, sehingga kurang memberikan greget untuk pembaca.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku "The Iliad of Homer"

Review Buku Oleh : Chintya Tandri Judul               : The Iliad Pengarang       : Homer Penerbit           : Oncor Semesta Ilmu Tebal buku      : vi + 254 halaman             Buku The Iliad ditulis oleh Homer yang merupakan penulis dua epik besar dan termansyur sepanjang zaman, The Illiad dan The Odyssey, yang dianggap tonggak kesastraan Barat. Buku ini merupakan epik terindah yang pernah ditulis sepanjang sejarah, kisah terhebat tentang ambisi, harga diri, keberanian, ketabahan, dan percintaan, bahkan melampaui apa yang telah ditulis oleh Shakespeare dalam Romeo and Juliet. Buku yang mengisahkan peperangan, berlangsung selama 10 tahun antara Troy dengan Yunani(Achaean), mengerahkan lebih dari 1.000 kapal perang, menghabiskan waktu 20 tahun. Bangsa Yunani ...

Mengubah teks eksplanasi menjadi puisi

GELORA TSUNAMI Oleh : Chintya Tandri Kharisma ombak kini membara. Cerah gugur menjadi redup. Goresan kilat merobek cakrawala. Frekuensi gelombang menghantam dermaga. Bung ! Guncangan lapisan bumi mengangkat kaki. Lihatlah ! Karang pecah menjadi pasir berdesir. Dengarlah ! Genta bencana dibunyikan sang penguasa alam. Kini mentari dalam pelukan sang rembulan. Denting berbunyi dari dasar laut. Kabut kelabu menambah gundah di hati. Oh sungguh ... Panorama atmosfer tak elok lagi. Bung ! Dengarlah melodi di ujung laut sana. Simponi tak beraturan terdengar. Ombak mengalun tak senang hati. Berlarilah !  Gelora sudah tiba. Cepat sekali ! 1,  2, 3, 4, 5, Hancur, lenyap, sunyi. Laut menjadi samudera. Oase berbuih dimana-mana. Bung ! Apa yang terjadi ? Dimana mereka ? Tanyakan saja pada Sang Pencipta !